KOMSOS.PURBOWARDAYAN – “Kerendahan Hati Menuju Jalan Kemenangan Sejati”
Pada hari ini kita memasuki pekan suci dengan merayakan Minggu Palma, mengenang Tuhan Yesus memasuki Yerusalem. Minggu Palma menjadi sebuah perjalanan awal dari penderitaan Kristus. Kita semua berkumpul dan bersama seluruh umat Allah mengawali misteri Paskah Tuhan kita, yakni sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya. Yesus memasuki Yerusalem tidak sebagai seorang raja duniawi dengan kemegahan dan kekuasaan, melainkan sebagai Raja damai yang menunggangi seekor keledai. Bacaan dari Yesaya 50:4-7 menggambarkan hamba Tuhan yang setia, yang meskipun dicela dan diludahi, tetap teguh pada kehendak Bapa. Ini adalah gambaran awal dari kerendahan hati Yesus yang memilih jalan penderitaan demi menebus dosa umat manusia. Sorak-sorai “Hosana” dari orang banyak seolah menjadi ironi yang mendalam, karena beberapa hari kemudian, teriakan yang sama akan berubah menjadi tuntutan penyaliban.
Pada mazmur tanggapan, 22:8-9, 17-18a, 19-20, 23-24 melukiskan penderitaan Kristus dengan sangat jelas dan muda dimengerti. Ia merasa ditinggalkan, dicemooh, dan bahkan nyawanya terancam. Gambaran tentang tulang-tulang yang dapat dihitung dan pakaian yang dibagi-bagi menjadi kenyataan dalam peristiwa penyaliban. Namun, di tengah kepedihan yang mendalam, keyakinan akan pertolongan Tuhan menjadi iman yang harus tetap dipelihara. Ini menunjukkan bahwa jalan kerendahan hati Yesus tidak terlepas dari rasa sakit dan perjuangan yang berat. Surat Paulus kepada jemaat di Filipi 2:6-11 mengungkapkan inti dari kerendahan hati Kristus. Meskipun memiliki rupa Allah, Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya, Ia mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Tindakan ini adalah puncak dari kerendahan hati yang membawa kepada kemuliaan yang tertinggi. Allah Bapa meninggikan-Nya dan mengaruniakan nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit, di bumi, dan di bawah bumi.
Dalam Injil Lukas 23:1-49 ini mengisahkan secara detail proses pengadilan, penyiksaan, dan penyaliban Yesus. Kita melihat bagaimana Ia diperlakukan dengan tidak adil, difitnah, dan disalibkan. Namun, di tengah penderitaan yang luar biasa, Yesus tetap menunjukkan kasih dan pengampunan, bahkan kepada mereka yang menyalibkan-Nya. Kata-kata terakhir-Nya di kayu salib, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,” adalah bukti nyata dari kerendahan hati dan kasih yang tak terbatas. Perayaan Minggu Palma mengajak kita untuk merenungkan makna sejati dari kemenangan. Kemenangan yang sesungguhnya tidak selalu diukur dengan kekuasaan dan kemegahan duniawi, melainkan melalui kerendahan hati, pengorbanan, dan ketaatan kepada kehendak Allah. Kiranya pada perayaan ini menginspirasi kita untuk mengikuti jejak Yesus, Raja yang rendah hati, yang melalui penderitaan dan kematian-Nya telah membuka jalan bagi keselamatan dan kehidupan kekal bagi kita semua. Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan.
Renungan oleh : Fr. Jordy Gabriel Mamahit, Pr. (komsos.purbowardayan)