KOMSOS.PURBOWARDAYAN – Saudara-saudari terkasih,
Bacaan dan Injil hari ini mengajak kita merenungkan pentingnya mendengarkan firman Tuhan, hidup sebagai bagian dari tubuh Kristus, dan menjadi pembawa kabar gembira. Ketiga bacaan ini saling melengkapi, menghadirkan pengajaran yang relevan bagi kehidupan umat beriman dalam membangun komunitas yang kuat, penuh kasih, dan berpusat pada Kristus.
Dalam bacaan pertama, Nehemia 8:3-5a, 6-7, 9-11, dikisahkan bahwa umat Israel berkumpul di hadapan pintu gerbang air untuk mendengarkan pembacaan Kitab Taurat. Ezra, seorang imam dan ahli kitab, memimpin pembacaan ini. Saat firman Allah dibacakan, umat mendengarkan dengan penuh perhatian, menunjukkan penghormatan yang besar terhadap firman Tuhan. Mereka bahkan menangis karena menyadari dosa-dosa mereka. Konteks dari peristiwa ini adalah kembalinya bangsa Israel dari pembuangan di Babel.
Setelah bertahun-tahun hidup dalam pengasingan, mereka kembali ke Yerusalem untuk membangun kembali kota, termasuk iman mereka kepada Allah. Ezra dan Nehemia berperan penting dalam memimpin kebangunan rohani ini. Momen ini menjadi simbol pemulihan relasi umat dengan Tuhan, yang dimulai dari mendengar dan memahami firman-Nya. Firman Tuhan yang dibacakan tidak hanya memberikan arahan, tetapi juga penghiburan. Nehemia mengingatkan mereka untuk tidak bersedih, karena “sukacita karena Tuhan adalah perlindunganmu” (Neh. 8:10). Ini mengajarkan kita bahwa firman Allah adalah sumber pengharapan dan kekuatan, terutama dalam menghadapi tantangan hidup.
Bacaan kedua dari 1 Korintus 12:12-30 menyoroti perumpamaan tubuh Kristus. Rasul Paulus menjelaskan bahwa seperti tubuh memiliki banyak anggota yang berbeda, demikian pula umat Kristiani dipanggil untuk hidup dalam kesatuan sebagai tubuh Kristus.
Setiap anggota memiliki peran dan karunia yang unik, tetapi semuanya saling melengkapi. Konteks surat ini adalah situasi jemaat di Korintus yang sedang menghadapi konflik internal akibat perbedaan karunia rohani dan status sosial. Paulus menegaskan bahwa tidak ada anggota yang lebih penting daripada yang lain; semua berharga dan diperlukan untuk membangun Gereja. Dengan kata lain, tidak ada tempat bagi kesombongan atau iri hati dalam tubuh Kristus. Pesan ini relevan bagi kita untuk membangun komunitas yang inklusif, di mana setiap orang dihargai sesuai dengan perannya. Dalam tubuh Kristus, kasih menjadi pengikat utama yang menyatukan semua anggota.
Dalam Injil Lukas 1:1-4; 4:14-21, Yesus memulai pelayanan publik-Nya dengan membaca Kitab Nabi Yesaya di sinagoga. Ia menyatakan bahwa nubuat Yesaya tentang pembebasan bagi yang tertindas telah digenapi dalam diri-Nya. Peristiwa ini menegaskan identitas Yesus sebagai Mesias yang membawa kabar gembira. Konteksnya adalah awal pelayanan Yesus setelah Ia dibaptis dan dicobai di padang gurun. Lukas mencatat bahwa Yesus kembali ke Galilea dengan kuasa Roh Kudus, dan reputasi-Nya mulai tersebar luas. Di sinagoga di Nazaret, Yesus mengungkapkan misi-Nya: membawa kabar baik kepada orang miskin, membebaskan yang tertawan, dan memulihkan penglihatan bagi yang buta. Tokoh utama dalam perikop ini adalah Yesus sendiri. Dengan membaca Kitab Yesaya, Ia menunjukkan bahwa pelayanan-Nya bukan sekadar tindakan sosial, tetapi pemenuhan janji Allah bagi umat-Nya. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap pelayanan harus berakar pada misi ilahi.
Dalam Injil Lukas 1:1-4; 4:14-21, Yesus memulai pelayanan publik-Nya dengan membaca Kitab Nabi Yesaya di sinagoga. Ia menyatakan bahwa nubuat Yesaya tentang pembebasan bagi yang tertindas telah digenapi dalam diri-Nya. Peristiwa ini menegaskan identitas Yesus sebagai Mesias yang membawa kabar gembira. Konteksnya adalah awal pelayanan Yesus setelah Ia dibaptis dan dicobai di padang gurun. Lukas mencatat bahwa Yesus kembali ke Galilea dengan kuasa Roh Kudus, dan reputasi-Nya mulai tersebar luas. Di sinagoga di Nazaret, Yesus mengungkapkan misi-Nya: membawa kabar baik kepada orang miskin, membebaskan yang tertawan, dan memulihkan penglihatan bagi yang buta. Tokoh utama dalam perikop ini adalah Yesus sendiri. Dengan membaca Kitab Yesaya, Ia menunjukkan bahwa pelayanan-Nya bukan sekadar tindakan sosial, tetapi pemenuhan janji Allah bagi umat-Nya. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap pelayanan harus berakar pada misi ilahi.
Kita juga dapat belajar dari inisiatif kaum muda yang memanfaatkan media digital untuk menyebarkan firman Tuhan dan membangun solidaritas di tengah masyarakat.
Maka dari itu, marilah kita menjadikan firman Allah sebagai pusat kehidupan kita, menghargai peran setiap orang dalam tubuh Kristus, dan menjalankan misi Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi Kristus yang membawa harapan dan kasih di dunia.
Renungan oleh : Fr. Fransesco Agnes Ranubaya, Pr.(komsos.purbowardayan)