Renungan Minggu Biasa ke XXV

KOMSOS.PURBOWARDAYAN – Syukuri Berkat, Jadilah berhikmat

Inilah judul permenungan pada hari minggu ini. Ada 2 point yang akan saya angkat dari permenungan sabda Allah ini. Pertama adalah Syukuri Berkat dan kedua jadilah berkat. Zaman yang hiruk pikuk beserta dengan ambisi manusia untuk mendapatkan apa yang diinginkan dirinya. Bahkan ambisi itu terkadang sampai membawa diri kepada jalan kebencian dan iri hati.

Bacaan injil hari ini secara jelas, Yesus mengajak kita mempunyai semangat kerendahan hati. Bukan soal siapa yang paling hebat atau siapa yang terdepan namun justru ketika dorongan ambisi diri ingin menjadi seorang yang terhebat dibandingkan yang lain haruslah kita semakin rendah hati. Bahasa Yesus “Jika seorang ingin menjadi yang terdahulu hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya” ( Mrk 9 : 35).

Satu hal dalam injil ini yang juga menjadi permenungan kita bersama adalah ajakan Yesus untuk menerima pribadi- pribadi. Pertama menerima seorang anak kecil. Realita nya di beberapa paroki kerap saya jumpai persoalan umat yang merasa terganggu dengan kehadiran anak kecil dalam Perayaan Ekaristi, maka beberapa paroki mulai membuat kebijakan PIA diadakan di jam yang sama dengan Perayaan Ekaristi, harapannya semua anak ikut PIA saja tidak perlu misa. Namun, ada juga paroki yang membuat kebijakan PIA diadakan di lingkungan masing-masing, dan anak anak harus tetap ikut misa bersama orangtuanya.

Pertanyaannya apakah itu yang dikehendaki Tuhan? Tentu tidak. Tuhan Yesus hari ini mengatakan Barangsiapa menerima seorang anak seperti ini demi nama Ku, ia menerima Aku. Dan barangsiapa menerima Aku, sebenarnya bukan Aku yang mereka terima melainkan Dia yang mengutus Aku ( Mrk 9 :37). Saudara/ I kita perhatikan tiap kata Yesus menerima seorang anak seperti ini, Yesus memberi contoh menerima anak- anak dengan penuh kasih, Ia memeluk anak itu (Mrk 9 : 36) membiarkan anak-anak itu datang kepadaNya dengan segala dinamika seorang anak kecil. Kunjungan Paus Fransiskus beberapa waktu yang lalu pun mampu kita jadikan teladan baik bagaimana seorang paus begitu dekat dengan sosok anak kecil. Ia menerima siapa saja termasuk anak – anak sekalipun berkebutuhan khusus. Tentu bukan hanya anak yang baik yang datang bahkan kita bisa melihat video video dimana anak pun datang saat audiensi umum maju untuk dekat dengan Bapak Suci saat beliau sedang berbicara. Apakah setelah itu beliau meminta anak itu pergi? Tidak. Beliau tidak marah namun justru memeluknya dengan penuh kasih.

Bacaan bacaan hari ini baik dalam bacaan 1, kedua maupun bacaan injil secara jelas mengajarkan kita untuk mampu bijaksana/berhikmat dalam bertindak, maupun dalam berkata. Kalau kumpul ya jangan ceritakan kejelekan orang lain, mending kita sharing kisah hidup kita bagaimana Allah yang berkarya di dalamnya. Selain nambah iman dan kecintaan kita akan karya Nya, kita juga mampu loh menginspirasi banyak orang dengan kisah kisah kita itu. Kendalikan setiap ucapan dari mulut kita agar sungguh mampu jadi berkat untuk orang lain. Ingat, kalau sesama mu kamu lihat punya banyak keburukan tetapi punya juga 1 kebaikan, yuk kita bicarakan kebaikannya itu aja. Dengan begitu kita membantu memotivasi mereka untuk semangat berproses menjadi lebih baik.

Jangan seperti orang fasik dalam bacaan pertama, sifat orang fasik suka menghadang orang yang baik. Mengapa? Karena bagi si jahat, kebaikan itu suatu hama/gangguan untuk mereka, kebaikan mengganggu pekerjaan/misi kegelapan mereka. Maka, apapun yang terjadi tetaplah menjadi baik dan benar sesuai dengan Hikmat Allah bukan sesuai dengan kriteria manusia. Dalam badai dan kesulitan hidup tetaplah bertahan dalam doa dan usaha baik, niscaya pelangi kasih Allah segera tampak di dalam hidupmu.

Hikmat dari Allah untuk kita itu murni sebetulnya dan membuat hati dan batin kita selalu diliputi kedamaian seperti yang dituliskan rasul Yakobus dalam suratnya. Selain murni, hikmat Allah itu pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak munafik dan tidak memihak. (Yak 3 : 17). Bila kita mengusahakan untuk hidup dalam hikmat Allah, niscaya iman kita bertumbuh, damai selalu meliputi hati kita dan sukacita dalam hidup.

Mengapa selalu ada pertengkaran/sengketa diantara kamu?  Apakah bukan dari hawa nafsu yang saling bergulat dalam dirimu? Lalu dilanjutkan dengan kalimat ‘kamu mengingini sesuatu tetapi kami tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh. Kamu iri hati tetapi tidak mencapai tujuan lalu kamu bertengkar dan berkelahi, kamu tidak memperoleh apa – apa karena kamu tidak berdoa’ (Yak 4 : 2). Atau kamu berdoa juga tetapi tidak menerima apa apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta akan kamu gunakan untuk memuaskan hawa nafsu (Yak 4 : 3).

Apakah setiap kata atau tindakan kita sungguh cukup sesuai dengan hikmat Allah? Atau justru kita mengikuti apa yang kita inginkan hingga kita lupa panggilan hidup sebagai orang Katolik yang pada dasarnya diciptakan untuk memuji, menghormati dan mengabdi Allah. Mari Bapak/Ibu/Rekan-rekan muda dan saudara/I kita hidup dalam kebenaran hikmat Allah. Proses menuju kemurnian memang tidaklah mudah namun kita percaya tangan Allah senantiasa bekerja dalam hidup dan karya kita. Selamat hari minggu, Selamat melayani dan Salam kasih Y.

Renungan oleh : Sr. Venantine, CB.(komsos.purbowardayan)

WhatsApp
Twitter
Facebook

Post a comment