Renungan Minggu Biasa ke XXI

KOMSOS.PURBOWARDAYAN – Sekarang ini dengan kemajuan teknologi, komunikasi dan internet menjangkau luas bahkan sampai ke pelosok, dan banyak menyajikan berita yang dapat membingungkan kita. Berita-berita hoax yang muncul di media sosial membombardir pikiran, perasaan, dan dapat mengakibatkan orang terbawa dalam situasi hidup yang menggelisahkan, takut, penuh amarah, dan dendam. Diskusi-diskusi online, argumen-argumen pembenaran, klarifikasi-klarifikasi sebuah berita, sepertinya menjadi makanan kita setiap hari yang menguras segenap energi, pikiran dan perasaan ketika kita mengikutinya. Bahkan, begitu mudahnya setiap orang mengeluarkan kata-kata hujatan atau pembulian kepada seseorang yang belum jelas kesalahannya atau bahkan tidak bersalah dan kita tidak mengenalnya. Tidak jarang kita ikut percaya kepada berita-berita hoax dari pada yang sesungguhnya terjadi.

Sepertinya sarana komunikasi dan media sosial menjadi sarana yang sangat menguntungkan bagi mereka yang berusaha mengadu domba hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Kesempatan-kesempatan memecah belah menjadi lebih luas. Rupanya, hal tersebut juga telah masuk dalam ranah yang sangat sensitif dan menyangkut iman seseorang karena kita lebih mempercayai yang salah dan tidak kita imani.

Melalui sabda hari ini, kalau kita membaca/ melihat beberapa ayat sebelumnya (56-59), Yesus mengatakan kepada murid-muridNya ketika di Kapernaum, bahwa jika kita makan dagingNya dan minum darahNya, kita akan tinggal di dalam Dia dan Dia di dalam kita. Ia juga mengatakan bahwa diriNya adalah roti hidup yang turun dari surga bukan seperti roti yang dimakan oleh nenek moyang mereka yang telah mati. Rupanya perkataan ini tidak dipahami oleh para murid dan menganggap perkataan Yesus keras sehingga menyinggung dan menggoncangkan iman mereka.

Yesus melalui sabda-Nya, ingin mengundang kita agar memiliki iman yang kuat dan teguh, meskipun ajakanNya melalui perkataan yang menurut para murid keras, namun di situlah Ia menguji iman kita, akankah kita mampu setia kepada Dia yang adalah “Roti Hidup”. Jawaban Simon Petrus murid yang dipercaya oleh Yesus,  ketika Yesus bertanya apakah dia juga ingin meninggalkan-Nya, setidaknya mewakili kita yang mau percaya kepada Dia: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

Yesus yang Kudus dari Allah adalah roti hidup, yang jika kita makan maka RohNya akan tinggal tetap dalam diri kita dan memberikan hidup kekal. Kita dapat makan roti hidup melalui ekaresti di mana kita telah mengadakan perjamuan dan menyambut komuni. Kita bisa membaca dan merenungkan sabda Tuhan setiap hari, mengunyah, mencecapnya dan menelan sarinya. Kita bisa mendalami firman Tuhan lewat pendalaman-pendalaman Kitab Suci di lingkungan, di Paroki, atau meditasi. Dengan demikian roti hidup membuat kita kenyang dan tidak merasa lapar lagi karena diri kita dipenuhi oleh Roh yang memberi hidup yaitu Yesus sendiri.

Marilah kita terus memupuk kekuatan iman kepada Tuhan, mengisinya dengan makanan rohani, sehingga kita tidak tergerus oleh zaman yang menawarkan kebahagiaan semu, kenikmatan daging, dan semangat beriman yang palsu. Seperti Petrus kita hanya ingin pergi menuju kepada Yesus, mau percaya dengan tulus dan mengakui bahwa Ia adalah yang Kudus dari Allah.

Renungan oleh: Sr. Miryam, SDP.(komsos.purbowardayan)

 

 

WhatsApp
Twitter
Facebook

Post a comment