KOMSOS.PURBOWARDAYAN – “Engkau membuka tangan, ya Tuhan, dan berkenan mengenyangkan kami”
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari/ rekan muda dan anak-anak terkasih, dari kisah-kisah dalam bacaan hari ini serta nasihat dari rasul paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, kita dapat merenungkan bahwa inilah Allah yang sedang mendidik kita menjadi pribadi yang peduli, penuh syukur, berbelarasa dan peka akan keadaan sesama di sekitar kita.
Melalui nabi Elisa dan kisah Yesus dengan Filipus, dalam permenungan saya, barangkali ingin menyampaikan bahwa saat kita mengeluarkan segala hal untuk orang lain (berbagi) entah itu tenaga untuk membantu dan melayani, entah dalam bentuk materiil, tidak akan membuat kita berada dalam ‘ketidakpunyaan’ apa apa. Baal- salisa mau berbagai 20 roti jelai dan gandum untuk Elisa. Atau saat seorang anak mau berbagi 5 roti dan 2 ikan untuk dikumpulkan kepada Yesus. Apakah mereka akhirnya menjadi kelaparan? Atau kekurangan? Tidak! Semua yang kecil bilangannya tetapi tulus diberikan, dengan pertolongan Tuhan menjadi berkat yang berlimpah bagi orang banyak. Untuk 100 orang dan untuk 5000 orang, bahkan masih tersisa banyak. Inilah kuasa dahsyat Allah yang mencukupkan bahkan melimpahkan lebih dari cukup.
Namun juga, Yesus mengajarkan arti bersyukur. Begitu Ia mendapatkan 5 roti dan 2 ikan itu, pertama tama yang dilakukan adalah mengucap syukur. Coba saja ketika kita hanya memiliki 2 roti harus berbagi dengan banyak orang. Seringkali yang pertama keluar adalah ungkapan keluhan “wah nanti saya hanya dapat sedikit” atau seperti para murid dan baal-salisa “mana mungkin cukup” dsb. Tetapi Yesus bertindak berbeda. Ia bersyukur atas anugerah yang diterima meski jumlahnya sedikit. Dari rasa syukur akhirnya digandakan hingga melimpah.
Lalu soal kepekaan, dan kepedulian. Yesus pun dalam kisah hari ini mengajarkan ketiga hal tersebut. Tanpa orang banyak itu mengatakan “Saya lapar” atau “Saya haus”, Yesus lebih dahulu berdiskusi dengan Filipus tentang dimana akan membeli roti. Tanpa orang lain mengutarakan, Yesus peka akan kondisi orang orang yang mengikutinya. Sebagai satu umat Katolik, kita diundang untuk peka terhadap sesama, peduli dan bersyukur. Bukan mengutamakan diri sendiri saja namun hendaknya kita belajar memperhatikan saudara-i di sekitar kita. Baik dalam Keluarga, Gereja, Lingkungan, maupun Masyarakat. Saling membantu dan guyub sebagaimana juga dinasihatkan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus. Kita dipanggil menjadi satu saudara dalam Kristus.
Zaman saat ini semakin maju, perilaku dan pola hidup hedonisme pun semakin berkembang. Bukan hanya itu, namun pola hidup menutup diripun sangat erat terlihat di tengah masyarakat maupun bahkan umat di Gereja. Pola egoisme pun semakin berkembang. Sehingga banyak orang yang semula dikaruniai Allah hati yang memiliki nilai – nilai baik mulai pudar. Orang mementingkan kebutuhan diri sendiri tanpa bersikap peka, peduli dan murah hati untuk orang lain. Orang selalu tidak puas akan berkat yang diterima nya hingga seluruh waktu habis untuk mengeluh tanpa upaya dan rasa syukur. Di tengah hirup pikuk dunia saat ini, saat nya kita sebagai Umat satu iman dalam Kristus bersatu untuk menampilkan wajah Yesus di tengah masyarakat.
Mari nikmati dan jalani hari hari dalam hidup kita dengan bahagia, berbagi, peduli dan terpenting adalah bersyukur atas anugerahNya yang setiap hari kita terima. Selamat hari Minggu. Tuhan Yesus memberkati
Renungan oleh : Sr. Venantine, CB.(Komsos.purbowardayan)