KOMSOS.PURBOWARDAYAN – Bapak ibu, Saudara-saudari yang terkasih, pada hari Minggu biasa ke XIII tahun B ini kita mendengarkan bacaan Kitab Suci yang inti pesannya adalah Allah menghendaki semua makhluk ciptaannya selalu ada dan tidak ada yang lenyap. Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan menyatakan, “Maut tidak dibuat oleh Allah, dan la pun tidak bergembira karena yang hidup musnah lenyap. Sebaliknya la menciptakan segala-galanya supaya ada, dan supaya makhluk-makhluk jagad menemukan keselamatan.” (Keb. 1:13- 15). Allah tidak menhendaki penderitaan, kematian dan kebinasaan. Allah menghendaki kebahagiaan, kehidupan dan keselamatan.
Namun kenyataannya banyak penderitaan, penyakit dan kematian di dunia ini. Mengapa ada penderitaan dan kematian di dunia ini? Kenyataan adanya penderitaan dan kematian benar-benar merupakan pertanyaan mendasar bagi kaum atheis, yaitu orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Mereka bertanya, kalau Tuhan ada, mengapa ia membiarkan adanya penderitaan dan kematian? Mungkin Tuhan itu tidak ada sehingga penderitaan dan kematian tidak dihilangkannya. Atau Tuhan ada, tetapi la tidak Mahakuasa, sehingga la tidak mampu menghilangkan penderitaan dan kematian. Atau Tuhan itu ada dan Mahakuasa, tetapi ja jahat, la tidak Mahabaik, sehingga Ia membiarkan penderitaan dan kematian tetap ada. Biarpun Ia Mahakuasa, tetapi kalau la mau, maka penderitaan dan kematian tetap ada. Namun, Tuhan yang tidak Mahakuasa dan tidak Mahabaik, bukanlah Tuhan. Tuhan pastilah Mahakuasa dan Mahabaik. Kalau begitu, dari mana datangnya penderitaan dan kematian di dunia ini? Kitab Kebijaksanaan menjawab: “Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri. Tetapi karena dengki setan, maka maut masuk ke dunia, dan yang menjadi milik setan mencari maut itu (Keb. 2:23-24).
Dalam pewahyuan dari Allah dan dalam iman kristiani kita mengimani bahwa sejak awal mula kisah penciptaan menghendaki semua baik adanya. Dan Tuhan melihat segala ciptaan-Nya itu amat baik. Kejahatan dan dosa menyebabkan adanya penderitaan dan kematian masuk ke dalam dunia karena dengki setan, yakni kuasa kegelapan yang mengganggu manusia supaya tidak taat kepada Allah. Hal itu sudah terjadi sejak manusia pertama Adan dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Maka mereka mengalami penderitaan dan kematian. Adam harus bersusah payah bekerja mengusahakan bumi untuk mendapatkan hasil. Hawa harus bersusah payah dan bertaruh nyawa dalam melahirkan anak-anaknya. Dan demikianlah umat manusia sampai sekarang ditimpa bermacam-macam penderitaan, kesusahan dan kematian.
Namun bapak ibu, saudara-saudari yang terkasih, Tuhan yang Mahakuasa dan Mahabaik itu tidak tinggal diam. Ia berbelaskasih menyaksikan kesusahan dan penderitaan manusia. Allah berkenan untuk menolong dan menyelamatkan manusia. Kehendak Allah itu dinyatakan di dalam Injil. Yesus dari Nazaret adalah penjelmaan Putra Allah yang menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Dialah yang akan menolong dan menyelamatkan kita. Cara Allah menolong dan menyelamatkan kita itu atas cara yang begitu nyata dan mengagumkan. Putra Allah itu datang ke dunia ini menjadi manusia. Ia yang tidak mengenal dosa dianggap sama dengan orang berdosa sehingga Ia dikenai akibat dosa, yaitu penderitaan dan kematian. Cara Allah menolong kita ialah dengan menyatakan cinta- Nya yang sehabis-habisnya dengan mengalami sendiri penderitaan dan kematian di kayu salib. Dengan penderitaan dan kematian Kristus di kayu salib, penderitaan dan kematian kita dihapuskan-Nya. Kita dipulihkan dan diselamatkan dari dosa dan kematian. Keadaan kita yang diciptakan untuk kebakaan dan dijadikan gambar dan hakekat Allah dipulihkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Yesus itulah yang dalam Injil mempunyai kuasa untuk menyembuhkan segala macam penyakit dan bahkan. membangkitkan orang mati. Kuasa-Nya menyembukan wanita yang sakit pendarahan, tanpa Tuhan Yesus sendiri menyadari-Nya. Wanita itu sembuh hanya dengan menjamah jubah-Nya saja. Dan kemudian Tuhan Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus yang sudah mati.
Menanggapi cinta kasih Allah yang tanpa batas dalam menolong dan menyelamatkan kita dari dosa, penderitaan dan kematian, patutlah kita bersyukur dengan banyak berbuat baik. Itulah yang dinasehatkan St. Paulus dalam bacaan kedua hari ini: Hendaklah kelebihanmu melengkapi kekurangan saudara-saudarimu yang miskin. Tetapkanlah imanmu kepada Kristus. Kamu telah mengenal kasih Kristus itu, yang meskipun la kaya, namun demi kamu la menjadi miskin, supaya kamu semua menjadi kaya berkat kemiskinan-Nya. Kita semua menjadi kaya akan rahmat Allah karena kemiskinan dan pengorbanan Tuhan Yesus yang tanpa batas. Tuhan memberkati kita semua. (SH)
Renungan oleh : Diakon Yosa Liarian SS.CC. (Komsos.Purbowardayan)