KOMSOS.PURBOWARDAYAN – Dalam kehidupan kita sebagai manusia, pasti kita pernah mengalami peristiwa yang membuat kita merasa cemas, takut, kawatir dan bahkan bimbang. Menghadapi situasi hidup yang dipenuhi dengan kecemasan, ketakutan, kekawatiran dan kebimbangan, kita merasa Allah seolah-olah jauh dari hidup kita bahkan menghantar manusia sampai kehilangan harapan.
Para murid mengalami pengalaman yang menakutkan menghadapi amukan angin topan yang sangat dahsyat tengah danau. Mereka kehilangan harapan dalam peristiwa amukan angin yang dahsyat itu . Dalam situasi yang demikian mereka menyadari bahwa ada Yesus dalam perahu mereka. “Guru, tidak pedulikah engku kalau kita binasa?” kata para murid kepada-Nya ketika Ia sedang tidur di buritan. Apakah Yesus tidak peduli dengan rasa takut, kawatir, cemas dan bimbang dari para murid? Tidak. Yesus bangun dan menghardik angin dan angin itu menjadi redah dan danau pun tenang. Yesus pun berkata kepada para murid-Nya: “mengapa kamu begitu takut? mengapa kamu tidak percaya?” seolah-olah Yesus jauh dari mereka, padahal Yesus berada di tengah-tengah mereka. Ia sedang tidur di buritan. Buritan adalah sebuah tempat di belakang kapal di mana terdapat instrument pengendali kapal. Yesus yang tidur di buritan itu mau menandakan bahwa Yesus adalah pengendali kapal itu, Yesus adalah nakhoda itu sendiri, maka janganlah kawatir, janganlah takut. Dengan demikian para murid tidak perlu takut dan kawatir karena Yesus adalah Nakhoda itu sendiri.
Kita pun diajak untuk menyadari Yesus yang selalu hadir dalam perahu hidup kita dan Yesus sendiri adalah nakhodanya. Kesadaran akan kehadiran Yesus menghantar kita untuk tidak kehilangan harapan ketika menghadapi peristiwa hidup yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Janganlah takut dan tetap percaya bahwa Yesus sedang berada dalam perahu hidup kita, Ia berada di buritan perahu kita dan mengendalikannya.
Renungan oleh : Rm. Adrian SS.CC. (Komsos.Purbowardayan)