KOMSOS.PURBOWARDAYAN – Saudara saudari terkasih, Paus Fransiskus dalam pesannya untukHari Orang Sakit Sedunia tahun ini mengatakan bahwa tidakbaik manusia itu hidup seorang diri, khususnya dalam keadaansakit. Bentuk perawatan pertama yang diperlukan dalampenyakit apapun adalah kedekatan yang berbela-rasa dan penuhkasih sayang dari orang di sekitar orang yang sakit. Oleh karenaitu, merawat orang sakit berarti merawat semua relasi: relasidengan Tuhan, relasi dengan orang lain: dengan anggotakeluarga, teman, dengan ciptaan, dan dengan diri sendiri.
Sejak lahir di dunia ini, kita selalu dinantikan oleh orang lain dan langsung tergabung dalam persaudaraan kasih bersamakeluarga dan sanak saudara. Sejak peristiwa mendasar dalamkehidupan manusia ini, kita sudah bersama orang lain dan tidakpernah sendiri. Karena itu, kita semua dipanggil untuk menjadiseperti Yesus yang penuh belas kasih.
Saudara/I terkasih, bacaan injil hari ini mau menerangkan danmenyadarkan kita bahwa Yesus adalah Tuhan yang tergerak olehbelas kasihan dan mengulurkan tangan-Nya menjamah orang Kusta. Coba kita renungkan bahwa bagaimana orang kustamendapat perlakuan diskriminatif dan terpinggirkan bahkandisingkirkan. Orang-orang kusta terasing karena telahkehilangan kesempatan untuk merasakan kehadiran orang lain di sisinya; mereka tidak mendapatkan perlakuan yang penuh cintakasih.
Dalam situasi seperti itu Yesus hadir dengan sentuhan kasih, menjamahnya dan menyembuhkannya. Sentuhan dan jamahanpenuh kasih inilah yang juga dibutuhkan oleh orang kusta inisehingga ia merasakan bahwa dirinya berharga, hidupnyaberarti. Mungkin sudah bertahun-tahun ia tidak mengalamisentuhan tangan penuh kasih dari keluarganya atau orang-orang di sekitarnya. Sehingga kita dapat membayangkan bagaimanareaksi jiwa orang kusta ini saat Yesus mengulurkan tangan-Nya; Tangan Yesus menjamahnya dengan penuh penerimaan. Iamenemukan betapa hidupnya berarti, ia menemukan masih adaorang yang mau menerima apa adanya. Getaran jiwa penuhkebahagiaan disertai iman akan Yesus yang begitu besar, menjadikan ia sembuh.
Saudara-Saudari Terkasih, Kita bisa melihat diri kita sendiri danmenemukan “kekustaan kita” masing-masing. Lebih dari itumampukah kita melihat Tangan Tuhan yang memiliki dayauntuk mengubah kita, menyembuhkan kita dan memulihkanmartabat kita. Tergerakkah kita untuk membuka hati kita, hidupkita, pikiran dan perasaan kita dan membiarkan kita juga untukdisentuh oleh Yesus? Kita memang orang-orang percaya akanYesus, namun apakah kita juga mau untuk menyambut ulurantangan-Nya dan menerima sentuhan kasih-Nya yang penuh dayaitu? Kerendahan hati dan keterbukaan untuk menerima sentuhanYesus merupakan pilihan kita.
Bersamaan dengan Hari Orang Sakit Sedunia yang di peringatihari ini, kita juga bisa bertanya diri; setelah kita menerimauluran dan sentuhan Tangan Tuhan, apakah kita juga tergerakuntuk memberikan uluran tangan penuh kasih persaudaraan danmeneruskan anugerah Tuhan itu bagi sesama? Sentuhan kitayang sederhana, perhatian kita kepada mereka yang sakit (dansecara luas juga bagi yang membutuhkannya), bantuan, kehadiran dan doa-doa kita akan menjadi kekuatan danpenghiburan bagi mereka.
Mari kita ingat bahwa saat kita sakit, Yesus berkenan hadirmengunjungi dan mengulurkan tangan untuk menyembuhkankita. Dan semestinya kita menyadari bahwa dalam diri sesamayang sakit dan menderita, Tuhan Yesus mengundang kita jugauntuk memberikan uluran tangan dan sentuhan penuh cinta kita.
Renungan oleh: Br. Frans, MTB.(Komsos.Purbowardayan)