KOMSOS.PURBOWARDAYAN – Ada sebuah kisah seorang romo menolong seorang laki-laki yang diangkatnya dari selokan. Separuh badannya telah dimakan belatung Saat romo tersebut merawatnya, laki-laki itu berkata,
“Saya telah hidup seperti binatang di jalan, tetapi saya akan mati seperti malaikat, dikasihi dan dipedulikan.”
Lalu romo tersebut berkata,
“Sungguh luar biasa saya melihat kebesaran jiwa laki-laki itu yang dapat berbicara dan mati seperti itu, tanpa mempersalahkan orang lain dan lingkungannya ataupun membanding-bandingkan.”
Dalam berbagai kesempatan terkadang kita menghindari mereka yang demikian, padahal itulah yang paling Allah peduli.
Yesus mengajarkan murid-murid-Nya untuk peduli kepada mereka yang lapar, haus, telanjang, dipenjara, orang asing dan yang paling hina. Bahkan Yesus menyebut hal tersebut sebagai syarat berkenan di hadapan Allah saat penghakiman terakhir tiba.
Allah memanggil kita untuk mengasihi orang lain dengan kasih yang tidak mementingkan diri sendiri. Sebab dalam diri orang-orang sekarat, lumpuh, hina, tidak diinginkan dan tidak dikasihi-mereka itu adalah wujud-wujud penyamaran Yesus. Yesus berkata,
“Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku.”
Sebagai bentuk ketaatan kita kepada-Nya, marilah kita melakukan hal ini.
Berbicaralah dengan lemah lembut kepada mereka.
Tunjukkanlah kebaikan wajah senyum dan kehangatan salam kita, berikanlah sukacita, dan pancarkanlah kasih yang nyata sebagai bukti bahwa Kristus berada dalam hati kita.
Dalam setiap pribadi ada Tuhan tak masuk akal jika kita berkata mengasihi allah tetapi tak mengasihi semua orang.
Maka sebagai bahan refleksi kita bersama, apakah kita sudah mengasihi sesama kita? (Komsos.Purbowardayan)
Renungan oleh: Sr. Evangeli, SPM