SURAKARTA – Di tengah pergulatan zaman lahir generasi yang turut mewarnai Gereja, transformasi zaman membawa dampak besar bagi kecakapan anak muda.
Gereja hadir dihadapkan dengan beragam generasi, kolonial hingga milenial. Zoomers, sebutan kece untuk Gen Z, generasi flamboyan harapan masa depan dan masa kini Gereja.
Orang Muda Katolik (OMK) saat ini didominasi oleh Gen-z.
Sebagai informasi, Gen Z sendiri adalah mererka yang saat ini memasuki usia 8-23 tahun. Usia tersebut cukup labil untuk menjejaki kedewasaan iman, kegoyahan batin membawa OMK Gen Z terjebak oleh “virus” yang mendominasi pada lunturnya penghayatan iman. Apakah harapan akan menjadi titik terang? Gereja terus mengikuti perkembangan zaman meski dengan berbagai tuntutan generasi.
Gereja merindukan kehadiran OMK yang menggembirakan, tidak sedikit Gereja berlengan karena perjumpaan dengan OMK yang semakin kendor. Gereja terus menyapa, namun virus telah melekat dalam diri OMK, seolah menjadi momok yang terus menghantui. Lalu, apa yang membuat mereka rikuh berkunjung ke Gereja? Ternyata ada penyakit yang sulit dihindari menjadi faktor merebaknya virus ini.
Mager, malas gerak. Banyak alasan yang dikeluarkan bila terdengar ajakan melayani, faktanya memang benar bahwa Gen Z adalah generasi milenial yang terbawa oleh perubahan sosial, malas dengan ajakan Gereja tapi tidak dengan ajakan untuk sekedar mencuci mata, kesenangan duniawi menyihir niat OMK akan kerinduan Tuhan dalam hati. Mager menjadi penyakit pertama dari tiga virus lainnya. Acuh tak acuh, sikap apatis OMK terhadap lingkungan Gereja menjadi kekhawatiran banyak orang, ya, mereka cenderung bodo amat dan tidak mau ambil pusing terhadap persoalan Gereja.
Tekanan zaman membuat OMK Gen Z tidak mau ketinggalan, Fear of Missing Out (FOMO) atau mudahnya ikut-ikutan. Sulit mencari hubungan bagi orang muda tak hanya OMK, dengan FOMO rasanya mudah menjalin hubungan erat dengan rekan sebaya, seringkali tren ini menjadi acuan untuk pergi bersama mengikuti rekan akrabnya. Baik jika ajakan itu menuju ke Gereja, namun hal ini tidak bisa menjadi tolok ukur untuk terus bergantung karena mempengaruhi kedewasaan iman OMK. Virus terakhir adalah kemalasan, kemalasan produktivitas OMK, bisa bersumber dari ketidakpercayaan atas kemampuan yang dimiliki, banyak jawaban OMK untuk menolak tawaran pelayanan karena tidak memiliki gairah, keraguan menjadi alasan mengapa OMK malas untuk aktif menggereja.
Masih banyak penyakit Gen Z yang menyebar, persebaran penyakit ini menjadi virus yang tidak asing lagi bagi generasi muda. Terlihat sepele namun sangat berkesan bagi Gereja, OMK menjadi harapan masa depan dan masa kini Gereja. Oleh karena itu, dukungan sangat diperlukan. OMK beranggotakan pemuda-pemudi, usia mereka mudah terhasut oleh pendengaran dan penglihatan, maka memberikan label bahwa OMK padam adalah kesalahan besar, mereka membutuhkan perhatian dengan tidak menilai egois atas apa yang dipilih.
Kegiatan OMK sangat beragam bahkan sebagian program dilaksanakan hingga larut malam, hal inilah yang menjadi kebimbangan OMK. Jam malam dan izin orang tua kerap kali menjadi tantangan OMK untuk mengambil bagian dalam keaktifannya, sayangnya alasan ini dianggap egois dan menjadi perbincangan banyak orang. Bisa saja faktor ini yang menjadi penyebab terjadinya virus OMK dan lengangnya Gereja.
Selanjutnya langkah apa yang dapat diambil? Diperlukan karena kesadaran sudah selayaknya OMK sebagai tunas muda membuat Gereja lebih hidup, begitu juga dengan dorongan orang tua serta lingkungan sekitar. Gereja juga harus ikut mengusahakan, memberi panggung untuk OMK berkarya bukan tuntutan yang membebani kreativitas mereka. Sehingga OMK Gen Z merasa dipercaya atas dukungan dan dorongan yang diberikan.
Meski begitu, tak sedikit kaum muda yang sudah terlebih dahulu bergerak untuk menghidupkan Gereja. Mereka dengan inisiatif tinggi ingin menjawab kebutuhan pastoral atau Gereja. Tujuan tak lain dan tak bukan adalah sebagai bentuk regenerasi agar Gereja selalu hidup dan tetap eksis di masa mendatang.
Mereka yang aktif mulai bergerak di beberapa kelompok kategorial dan bidang-bidang pelayanan di Gereja, di antaranya seperti Lektor, Gamelan, Paduan Suara, KOMSOS dan masih banyak lagi yang lainnya.
Mereka-mereka yang aktif ini diharapkan bisa menjadi penggerak dan menjadi teladan bagi kaum muda agar mau terlibat dan membangun Gereja di masa yang akan datang.
Mari bersama mendukung perluasan tangan Tuhan melalui OMK sebagai masa depan dan masa kini Gereja, kita hidupkan jiwa muda agar harapan menjadi titik terang yang membawa berkat bagi umat-Nya. (Rufina/Postulan SDP)