Sejarah Paroki
Sejarah Paroki St. Perawan Maria Regina
Purbowardayan - Surakarta
Paroki Purbowardayan terbentuk atas dasar kebutuhan pelayanan bagi umat katolik di Solo yang semakin banyak. Pada saat itu di Solo hanya ada 2 Paroki yaitu Paroki Purbayan dan Paroki Purwosari. Atas dasar pertimbangan tersebut maka pada tahun 1957 saat Rm. J. Darmoyuwono diangkat menjadi Romo Kepala di Purbayan, beliau mempunyai ide utntuk membangun gereja baru di Solo yang bercorak joglo, yang terbuka, memiliki pelataran luas, tanaman rindang dengan pastoran yang tidak mecolok di depan. Akhirnya Rm. J. Darmoyuwono mencari tanah/area untuk membangun gereja yang bercorak joglo dan menemukan tanah di kampung Purbowardayan.
Pembangunan Gereja Purbowardayan dimulai tahun 1959, tim pembangunan dipimpin oleh Rm. J. Darmoyuwono, sekretaris pembangunan, Bp. Siswoprasojo & bendahara tim pembangunan adalah Bp. Tan Yang Hong. Sebelum Gereja dibangun, pada tanggal 28 Januari 1958 sudah dibentuk “Pengurus Gereja dan Papa Miskin Room Katolik Di Wilayah Gereja Santa Perawan Maria Regina di Surakarta” melalui Akta Notarsi no. 97, dikemudian hari, penetapan “Pengurus Gereja dan Papa Miskin Room Katolik Di Wilayah Gereja Santa Perawan Maria Regina di Surakarta” ini diperbarui melalui Akta Notaris no. 77 tanggal 19 April 2001.
Tanggal 31 Juli 1961 Rm. J. Darmoyuwono mulai menempati gereja dan tanggal 4 Agustus 1961 dilakukan pembaptisan pertama di Paroki Purbowardayan atas nama Maria Anastasia Niniek Sri Murni.
Tanggal 26 November 1961 Gereja Purbowardayan diberkati oleh Uskup Semarang Mgr. Albertus Sugijopranoto SJ dengan pelindung Santa Perawan Maria Regina, peringatan santa pelindung jatuh setiap tanggal 22 Agustus. Di awal berdirinya, Paroki Pubowardayan terdiri dari 8 wilayah atau 8 kring, yaitu Tegalharjo, Gilingan, Nusukan, Kadipiro, Mojosongo, Jebres, Jagalan dan Pucangsawit. Stasi di luar kota meliputi stasi Gemolong, Sragen dan Kedung Banteng. Jumlah umat awal diperkirakan sekitar 800 orang umat Katolik.
Dengan berdirinya gereja baru maka diperlukan pula guru agama baru untuk mengajar baptis dan komuni pertama. Guru agama yang mengajar secara berkelompok pada awal gereja berdiri adalah Bp. Brotosucitro (dari Jagalan) dan Ibu Darmowiyoto (dari Tegalharjo). Sedangkan guru agama yang mengajar secara privat di rumah adalah Bp. Martowiharjo (dari Tegalharjo), Bp. Pujowardoyo (dari Gilingan), Bp .Wignyodiharjo (dari Nusukan) dan Bp. Digdosaroyo (dari Jebres).
Pengurus Dewan Paroki pada masa awal gereja berdiri adalah : Drg. Tan Tjoen Liem, Bp. Pujowardoyo (Gilingan) & Bp. HS. Sastrosuwarno (Tegalharjo).
Karena di awal pendirian belum ada Surat Keputusan pendirian Paroki, maka Bimas Katolik Kemenag menerbitkan SK no. 139 tahun 2017 tentang Penetapan Paroki Santa Perawan Maria Regina .
Selanjutnya pada tanggal 16 November 2020 Keuskupan Agung Semarang menerbitkan SK Nomor 1224/B/I/b-96/2020 tentang Pendirian Paroki Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan Surakarta yang berdiri tanggal 26 November 1961.
Beberapa peristiwa penting yang bisa dicatat dalam perkembangan gereja Katolik Purbowardayan adalah :
· Tanggal 2 Juli 1965 ada penerimaan Sakramen Imamat dari tangan Uskup Agung Semarang Mgr. J. Darmojuwono Pr di Gereja Santa Perawan Maria Regina : 4 imam diosesan Keuskupan Agung Semarang dan 1 imam dari Congergasi Keluarga Kudus (MSF). Mereka itu adalah : Romo Cahyo (Go Gwan Soei) Pr, Romo PC. Martoyo Handayatmo Pr, Romo D. Windyowiryono Pr, Romo Michael Sugito Pr, dan Romo Math. Notoseputro MSF
· Awalnya menurut persil no. 129 luas total tanah gereja adalah 11.080 m2, tetapi pada saat itu hanya ditempati gereja kurang dari separuhnya. Kemudian pada tahun 1994 Rm J. Priyambana, Pr berhasil menyelesaikan tanah milik gereja di bagian belakang yang dikuasai oleh 41 KK di belakang gereja. Akhirnya gereja memiliki tanah seluas 7.423 m2 hingga saat ini. Sedangkan sisa tanah, atas ijin Bapa Uskup dihibahkan pada warga di sekitar gereja.
· Pada tanggal 27 September 1998, Mgr I. Suharyo Pr memberkati Gedung Serba Guna “SUB TUTTELA MATRIS” (Dibawah Naungan Bunda Maria) yang didirikan di belakang gereja.
· Bangunan gedung Paroki dan kompleks perkantoran Kevikepan Surakarta diresmikan pada tanggal 2 Mei 2021 oleh Mgr Robertus Rubiyatmoko bersamaan dengan penerimaan sakramen penguatan.
- Pemekaran Paroki
- Pemekaran Wilayah Palur Menjadi Paroki Palur
- Pada tahun 1977 wilayah Paroki Purbowardayan bertambah 1 wilayah yaitu wilayah Perumnas Palur karena pemerintah membuka Perumnas Palur di Kelurahan Ngringo, Kec. Jaten, Kab. Karanganyar. Jumlah umat Katolik awal di Perumnas Palur tercatat 137 KK.
- Pada tanggal 10 Mei 1979 Pimpinan Perum Perumnas menerbitkan SK No. Pro/S1/769/B/79 yang menyatakan bahwa Yayasan Pengurus Gereja dan Papa Miskin mendapat sebidang tanah seluas 400 m2 untuk bangunan gereja yang terletak di jalan Cempaka 1, selanjutnya pada tanggal 12 Nopember 1980 Kepala Penyelenggara Bimas Katolik Departemen Agama Kabupaten Karanganyar melalui surat Nomor No.34/-a/1780/1980 menunjuk sdr. V. Soelardjo selaku panitia pembangunan Gereja Katolik untuk melaksanakan pembangunan gereja dan melaksanakan permohonan ijin bangunan gereja kepada Bupati Dati II Karanganyar.
- Bertepatan dengan perayaan Santa Maria Diangkat Ke Surga tanggal 15 Agustus 1981 dilaksanakan pemberkatan dan peresmian Gedung Gereja Palur oleh Pejabat Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. A. Djajasiswaja, Pr bersama Bupati Karanganyar Bp. Waluyo Cokrodarmanto. Gereja Palur ini berlokasi di wilayah Perumnas Palur Paroki Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan Surakarta.
- Mulai tanggal 1 Oktober 2002, Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang menugaskan Romo Stephanus Koko Puji Wahyu Listyono, Pr untuk bertugas sebagai Pastor Paroki Purbowardayan tetapi tinggal di Pastoran Perumnas Palur yang salah satu tugasnya adalah mempersiapkan pembentukan Paroki Palur.
- Tanggal 26 September 2004, Bapak Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo mengeluarkan Surat Keputusan Pendirian Paroki No: 348/B/Ib-75/04 dan Gereja Palur diresmikan menjadi Paroki yang mandiri, dengan nama Paroki Santa Maria Diangkat ke Surga Palur.
- Pemekaran Stasi Gemolong Menjadi Paroki Gemolong
- Pada saat Paroki Paroki Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan Surakarta berdiri, tepatnya pada tanggal 31 Juli 1961 stasi Gemolong menjadi bagian dari Paroki Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan Surakarta.
- Benih kekatolikan dan pewartaan Katolik di Gemolong dimulai tahun 1937 saat pasutri Katolik : R. Sastrodwidjo (mbah Mantri) yang ditugaskan pemerintah sebagai kepala sekolah di Sekolah Rakyat (SR) Gemolong, kini SDN I Gemolong. Selain mengajar dan berkunjung Mbah Mantri juga mendirikan kapel sederhana di pekarangan rumahnya yang diberkati oleh Mgr. Willekens SJ. Pembaptisan pertama kali di Gemolong tercatat beberapa nama, yaitu : keluarga Sonto, Waji dan Sukasmo.
- Sekitar tahun 1972-1973 dilakukan renovasi Kapel, kemudian pada tahun 1985 dilakukan pembangunan gedung gereja baru Stasi Gemolong dan tanggal 30 Oktober 1988 diresmikan oleh Mgr. J. Darmaatmadja SJ. Pada tanggal 30 November 2005 bangunan gereja terbaru seperti yang sekarang ini diberkati oleh Mgr. Ign. Suharyo Uskup Keuskupan Agung Semarang, selanjutnya pada tahun 2012 stasi Gemolong ditetapkan menjadi Kuasi Paroki St. Petrus Gemolong. Sebagai badan hukum, “Pengurus Gereja dan Papa Miskin Room Katolik Paroki Santo Petrus di Gemolong, Sragen” ditetapkan dengan Akta Notaris Ninani Halimana, SH, No. 51 tanggal 21 Januari 2013.
- Paroki Gemolong ditetapkan sebagai Paroki oleh Uskup Agung Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, dengan Surat Keputusan Pendirian Paroki. No. 0657/B/I/b-37/18, tanggal 1 Juni 2018.
- Pemekaran Wilayah Perumnas Mojosongo menjadi Paroki Mojosongo
- Pada tahun 1983 Pemerintah membangun Perumnas Mojosongo di teritori Paroki Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan Surakarta . Sejak tanggal 13 Januari 1985 di Paroki Santa Perawan Maria Regina Purbowardayan Surakarta bertambah 1 wilayah yaitu Wilayah Perumnas Mojosongo yang diketuai oleh Bapak Yohanes Toby dan Sekretaris Bapak Aloysius Sutopo dengan Santo Pelindung St. Aloysius.
- Berdasarkan SK Walikota No. 593/97/86 tanggal 22 Februari 1986, bapak Hartomo sebagai Walikota Surakarta mengijinkan tanah milik Pemerintah Kota Surakarta seluas 644 m2 untuk dibangun Gereja Katolik di Mojosongo.
- Tanggal 4 Oktober 1986 peletakan batu pertama pembangunan gereja Katolik Mojosongo oleh Bapak Uskup, Mgr. Darmaatmaja, SJ. Berkat bantuan para donatur dan terutama kemurahan hati dari Bapak Silvanus Soetarman, maka pada tanggal 8 Mei 1987 Gereja Mojosongo diberkati oleh Bapak Uskup Mgr. Darmaatmaja, SJ.
- Melalui SK Direksi Perum Perumnas No. DIR.4/0024/KPTS/20/96 tertanggal 21 Oktober 1995, tanah seluas 1.498 m2 diserahkan kepada pengurus Wilayah St. Aloysius dengan identitas akte PGPM Paroki Purbowardayan dan pada tanggal 28 Desember 1995 dapat dilakukan pelunasan pembelian tanah tersebut. Dengan adanya tambahan area maka ditambah bangunan TK Indriyasana yang diberkati oleh Romo Albertus Priyambono, Pr tanggal 9 Mei 1997, kemudian pada tanggal 15 Mei 2001 gedung Pastoran Gereja diberkati oleh Bapa Uskup Mgr. Ignatius Suharyo, Pr.
- Wilayah Perumnas St. Aloysius Mojosongo secara resmi menjadi Paroki Administratif berdasarkan Surat Keputusan Uskup Agung Semarang nomor: 0328/B/I/b-136/16 tahun 2016, bersama sebagian Wilayah Mojosongo dan Wilayah Joglo.
- Tanggal 1 Juli 2019, Paroki Administratif Santo Aloysius Mojosongo ditetapkan menjadi Paroki Mandiri melalui Surat Keputusan Uskup Agung Semarang nomor : 0787/B/I/b-136/19, dan saat ini, Paroki Santo Aloysius Mojosongo memiliki 5 Wilayah dengan 29 Lingkungan.