Cerita di Balik Misa Paus Fransikus: Dipenuhi Tangis Haru hingga Bikin ‘Gamon’

KOMSOS.PURBOWARDAYAN – Tepat 7 hari yang lalu, Kamis (5/9/2024), umat Katolik Indonesia bersukacita karena bisa mengikuti Misa Kudus bersama pemimpin Agama Katolik se-dunia, Paus Fransiskus.

Misa Kudus itu digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta dan dihadiri 90.000 umat yang datang dari seluruh penjuru Indonesia.

Teriakan ‘Viva Il Papa’ bergema di Stadion SUGBK saat Paus Fransiskus memasuki stadion guna menyapa umat yang hadir sebelum memimpin Misa Kudus.

Kehadiran Paus Fransiskus memberikan kesan tersendiri bagi seluruh umat Katolik se-Indonesia.

Tak terkecuali bagi sebagian umat Gereja Katolik Santa Perawan Maria Regina, Purbowardayan, Solo, Jawa Tengah (Paroki Purbowardayan) yang hadir secara langsung di GBK.

Sebanyak 26 umat dari Paroki Purbowardayan hadir mengikuti Misa tersebut.

Beberapa umat Paroki Purbowardayan pun memberikan kesan serta pesan menyentuh setelah mengikuti Misa Kudus itu.

Margaretha Pety Aryani, satu di antara umat Paroki Purbowardayan mengaku menangis sepanjang Misa.

Pety, sapaannya mengatakan bahwa ia meraskan kehadiran Tuhan melalui Paus Fransiskus.

Kendati hanya menyaksikan Paus Fransiskus dari kejauhan, Pety merasa terenyuh lantaran bisa mendengar suara dari Paus asal Argentina tersebut.

“Sejak Bapa Paus dikatakan sudah sampai di GBK, saya menangis terus karena bisa bertemua Bapa Paus,” cetus Pety.

“Mungkin sekian tahun lagi saya gak akan bisa melhat secara langsung Bapa Paus. Walaupun tidak jelas dan tidak dekat, tetapi merasa seperti Tuhan Yesus datang.”

“Saya merasa sangat terharu didatngi gembala tidak bisa setiap saat bersama-sama dengan kita,” tambah Pety.

Hal hampir serupa diungkapkan oleh umat Purbowardayan yang lain, dr. Yulius Widyarta.

Air matanya makin tak terbendung saat melihat Paus Fransiskus memeluk dan memberkati seorang anak kecil.

“Waktu Paus berkeliling lalu ada bayi yang diberkati, saya lihat orangnya biasa-biasa saja tetapi Paus mau berhenti,” kata dr. Yulius.

“Saya bisa membayangkan bahagianya ibu tersebut, sukacitanya ibu tersebut meski sang bayi tidak tahu.”

“Tapi saya bisa merasakan kerendahan hati dari seorang Paus dan kebahagiaan seorang ibu yang sama sekali tidak dikenal Paus dan ibu yang bukan siapa siapa bagi Paus, bukan siapa-siapa bagi Panitia, bukan siapa-siapa bagi bodyguardnya Paus tetapi beliau masih mau,” lanjut dr. Yulius.

Kehadiran Paus Fransiskus di Tanah Air, terutama saat memimpin Misa Kudus bak berhasil membuat umat Katolik ‘gamon’ alias gagal move on (gagal berpaling,-red).

Sukacita masih dirasakan umat Katolik meski saat ini Paus Frasiskus sudah bertolak dari Tanah Air.

Seperti yang diungkapkan Ninik, umat Purbowardayan yang turut hadir secara langsung pada Misa Kudus itu.

Satu di antara momen yang berkesan baginya adalah saat Paus Fransiskus berkeliling menggunakan mobil khusus sebelum Misa Kudus dimulai.

Bahkan, Cecilia Ninik Sianiwati atau yang disapa Ninik mengaku dirinya masih terharu saat melihat berita atau sosok Paus di media sosial atau layar kaca.

“Hati rasanya sampai saat ini masih sukacita, setiap lihat di Instagram atau di Televisi rasanya masih haru,” ucapnya.

“Sewaktu Bapa Paus hadir saya baru lihat dari gambar di layar monitor saja saya sudah terharu sampai menangis,” lanjutnya.

Satu di antara hal yang membuat Ninik terkesan adalah soal kerendahan hati, terutama terhadap anak-anak.

Baginya, momen perjumpaan dengan Bapa Paus adalah kenangan yang tak akan terlupakan.

“Sangat-sangat bahagia bisa berjumpa walau dari kejauhan, sewaktu Bapa Paus keliling naik mobil itu juga seru sekali, teriakan lagu Pope Il Papa sangat-sangat meriah, beliau sangat ramah rendah hati, sayang sama anak-anak,” tutur Ninik.

“Acara misa berjalan dengan sangat lancar dan mengesan, setelah usai sorak sore umat sangat-sangat luar biasa, kenangan indah yang tak kan terlupakan,” tutup Ninik.

Sementara itu, Abbiet Subiyakto, umat Paroki Purbowardayan lain yang hadir juga dibuat terenyuh saat mengikuti Misa Kudus.

Ia meraskan kehadiran Yesus ketika Paus memberkati seorang anak kecil kala berkeliling SUGBK.

“Sejak Bapa Paus rawuh (datang) di GBK, saya merasa dalam diri saya damai sekali dan selalu mengucap syukur, apalagi saat Bapa Paus dielu-elukan oleh umat dan pada saat Bapa Paus memberkati Anak anak yang digendong oleh pengawalnya untuk diberkati Bapa Paus, rasanya mak nyesssss, hati ini, begitu besar kasih Tuhan melalui Bapa Paus bagi Anak anak dan tentunya juga bagi kita semua,” ucapnya.

Di lain sisi, Abbiet mengaku tak begitu paham dengan homili yang disampaikan Paus Fransiskus lantaran Paus pertama Jesuit itu memakai bahasa Latin/Italia.

Namun, ia merasa senang dan tersentuh karena bisa merasakan penyelanggaraan Tuhan di Misa Kudus.

“Walaupun saat Homili Bapa Paus saya tidak mengerti apa yang disampaikan karena tidak mudeng (mengerti) bahasanya, saya hanya menyakini bahwa setiap kali saya mengikuti misa Tuhan benar benar hadir dengan belas kasihNya,” ucap Abiet.

Sementara itu, Coleta Maria Reknowati, satu di antara umat Paroki Purbowardayan yang hadir secara langsung saat Misa kudus itu memberikan respons yang singkat.

Ia merasa bahagia, terharu dan bangga karena seluruh elemen masyarakat di Indonesia, terkhsus umat Katolik mau menyambut dan menerima Paus Fransiskus dengan sukacita.

“Ekaristi dengan Bapa Paus kemarin membuat bahagia, terharu dan bangga, terimakasih kepada bangsa Indonesia dan masyarakat Katolik khususnya telah dengan amat baik menerima Bapa Paus,” ujarnya singkat.

Theresia Murdaningrum Pratiwi ,satu di antara umat Purbowardayan yang ikut serta Misa Kudus itu merasa bungah dan percaya diri.

Paus secara tak langsung memberi penegasan kepada setiap insan bahwa ia mengetahui segala masalah yang dialami oleh umatnya.

Hal ini sangat tepat dengan tema kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, yakni Faith – Fraternity – Compassion yang berarti, Iman – persaudaraan – belarasa.

“Terharu, bungah dan menjadi percaya diri,” kata Pratiwi

“Bahwa Paus datang serasa mengunjungi saya, memberikan penegasan kehadirannya bahwa dia tahu apa yg sedang terjadi dalam diri kita dan ikut merasakannya.”

“Dan memberikan guidance yg harus saya lakukan selanjutnya,” tandas Pratiwi.

Kedatangan Paus Fransiskus memang sangat dinanti-nantikan oleh setiap umat Katolik Indonesia.

Paras, senyuman hingga sapaan Paus Fransiskus membuat setiap orang yang melihat merasakan kehadiran Tuhan Yesus.

Tak heran jika sebagian besar umat Katolik berdoa secara intens agar Paus Fransiskus bisa tiba dengan selamat dan semua rangkaian kunjungannya di Indonesia bisa berjalan lancar.

Seperti yang dilakukan oleh Yohanes Bambang Drajat, umat Purbowardayan yang hadir mengikuti misa secara langsung.

Pria yang disapa Bambang itu mengaku, ia berdoa dan melakukan Novena untuk Paus Fransiskus dan bisa mengikuti Misa Kudus bersama Paus bernama asli Jorge Mario Bergoglio itu.

“Bagi saya kesempatan mengikuti Misa Kudus dengan Paus Fransiskus merupakan peristiwa yg istimewa,” kata Bambang.

“Maka secara pribadi saya menyiapkan diri dengan berdoa novena 9 hari agar rencana menghadiri misa tu dapat terwujud sebagai suatu kesempatan untuk menimba berkat melalui Bapa Paus,” sambungnya.

Di lain sisi, hal yang patut diacungi jempol adalah soal ketertiban umat Katolik.

Ya, semua umat Katolik yang hadir di GBK mau mengikuti arahan dari panitia atau pihak terkait dengan baik.

Mulai dari masuk ke stadion, menjaga kebersihan, menciptakan suasana hening dan tenang saat misa hingga tertib saat keluar dari GBK seusai misa berakhir.

Tak ayal jika Bambang memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada umat Katolik yang hadir.

Bambang melihat adanya kerja sama yang baik antara peserta dan panitia pada perayaan Misa Kudus dengan Paus ke-266 itu.

“Pelaksanaan misa bersama Bapa Paus telah menunjukkan bahwa kita sebagai umat beriman mmapu menunjukkan dan membuktikan bahwa kita menjadi umat/warga negara yang disiplin, taat pada aturan dan mampu mengendlaikan diri dan peduli pada sesama,” katanya.

“Hal ini dapat saya saksikan dan raskan pada saat mulai masuk, saat misa dan ketika keluar dari GBK berlangsung dengan tertib dan aman tanpa ada kericuhan dengan saling berebut untuk saling mendahului.”

“Ketika mau ke toilet, umat dengan sabar mengikuti alur antrean tanpa diwarnai sikap menggerutu, mengeluh ataupun ngomel-ngomel maupun harus nggedor-gedor pintu,” ujar Bambang.

Misa Kudus bersama Paus Fransiskus memang menjadi sorotan banyak pihak, tak terkecuali bagi umat non-Katolik.

Mereka merasa salut dengan dan kagum melihat umat Katolik yang kondusif dan tertib saat mengikuti Misa Kudus,

“Dalam suatu kesempatan saat saya bertemu dengan sahabat non-Kristiani,” tuturnya.

“Mereka mengatakan kagum dan salut atas pelaksanaan kunjungan Bapa Paus, khususnya saat misa di GBK dapat berlangsung khidmat, tertib dan memancarkan kesukacitaan umat katolik berjumpa dengan Bapa Paus tanpa diwarnai kericuhan,” tutup Bambang.

WhatsApp
Twitter
Facebook

Post a comment